Interaksi Penuh Haru di Tanah Suci: Perjuangan Jemaah Haji Lansia dan Disabilitas
Perjalanan Deka Kurniawan dari Komisi Disabilitas Nasional
Madinah (Kemenag) — Di tengah hawa panas yang menyengat di Madinah, Deka Kurniawan dari Komisi Disabilitas Nasional terlibat dalam misi khusus. Bersama ibu Fatima Zahro, Junaina M. Toyyib, dan jemaah haji lainnya, ia berjuang untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji lansia dan disabilitas.
Menyesuaikan Diri dengan Suasana Gurun
Panas menyengat yang mencapai 41-43 derajat Celsius di Madinah membawa pengalaman baru bagi kami petugas Media Center Haji (MCH). Berbagai souvenir khas seperti gantungan kunci boneka unta menjadi pemandangan yang menarik di sekitar hotel.
Liputan Menyentuh Hati
Bersama rekan wartawan lainnya, kami mewawancarai narasumber dari Komite Nasional Disabilitas. Tak jarang air mata haru menyelimuti kami saat mendengar kisah perjuangan Fatima Zahro dari Kloter 31 Embarkasi Surabaya yang memilih mendampingi ibunya meski terpisah bus karena beda syarikah.
Kebersamaan di Tengah Tantangan
Fatima Zahro berjuang keras untuk tetap berada di sisi ibunya, bahkan harus terpisah dari suaminya, Syamsul Arifin. Upayanya itu menggambarkan betapa kuatnya ikatan dan semangat mereka untuk tetap bersama selama di Tanah Suci.
Konsekuensi Penerapan Syarikah Baru
Pada tahun ini, Indonesia memperkenalkan delapan syarikah untuk menangani jemaah haji, sebuah perubahan besar dari sistem sebelumnya. Meskipun menghadapi tantangan pemisahan jemaah, pemerintah melalui Kementerian Agama berhasil menyatukan kembali mereka yang terpisah di hotel dan maktab yang berbeda.
Dukungan Komisi Disabilitas Nasional
Deka Kurniawan memuji langkah-langkah terobosan petugas di Madinah yang berani mengambil tindakan untuk menyatukan jemaah haji yang terpisah. "Kami acungkan jempol kepada mereka," ujarnya dengan penuh apresiasi.
Menyaksikan Pengorbanan dan Ketabahan
Koordinator Layanan Haji Ramah Lansia dan Disabilitas, Siti Maria Ulfa, turut serta menangani para jemaah haji yang lanjut usia dan disabilitas. Kebesaran hati dan ketabahan jemaah ini menjadi sumber inspirasi bagi kami semua.
Kenangan dan Harapan Pribadi
Pengalaman ini memicu refleksi pribadi tentang ibu saya yang juga menunggu giliran untuk berhaji. Saya menolak untuk menangis, namun tidak dapat menahan harapan agar kelak ibu bisa menjadi salah satu dari jemaah haji ramah lansia.