Rencana Skema Baru Bimbingan Pranikah oleh Kemenag
Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) sedang mengembangkan skema baru untuk bimbingan pranikah guna menangani tingginya tingkat perceraian di berbagai wilayah Indonesia.
Pemetaan Wilayah dengan Tingkat Perceraian Tinggi
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan pemetaan wilayah berdasarkan aspek kultural, akses layanan keagamaan, serta kualitas pembinaan keagamaan.
Pendekatan Berbasis Komunitas dan Integrasi Modul
Pendekatan baru ini mengintegrasikan pendekatan berbasis komunitas dan modul yang disesuaikan dengan dinamika lokal, serta penyuluhan pascapernikahan. Langkah ini diambil untuk membekali calon pengantin dengan keterampilan hidup yang diperlukan untuk membangun rumah tangga yang tangguh.
Latar Belakang Tingginya Angka Perceraian
Dalam rentang waktu 2020 hingga 2024, angka perceraian konsisten mencapai ratusan ribu per tahun. Hal ini mendorong perlunya evaluasi pendekatan bimbingan pranikah agar lebih adaptif dengan dinamika kehidupan berumah tangga masa kini.
Faktor Penyebab Perceraian
Kementerian Agama mencatat beberapa faktor penyebab perceraian, antara lain perselisihan terus-menerus, masalah ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, serta krisis komunikasi. Abu menekankan pentingnya pendekatan bimbingan yang multidimensi.
Usia Muda dan Kesiapan Rumah Tangga
Kelompok usia 22–24 tahun sering menghadapi konflik rumah tangga akibat ketidaksiapan emosional. Abu menggarisbawahi bahwa kesiapan mental, emosional, dan sosial adalah kunci dalam kehidupan berumah tangga.
Momentum Hari Keluarga Internasional
Pada peringatan Hari Keluarga Internasional, Kemenag berkomitmen memperkuat ketahanan keluarga dengan memperluas peran penyuluh agama sebagai agen perubahan sosial berbasis keluarga. Tujuannya adalah memastikan setiap pasangan siap secara lahir batin membangun keluarga yang harmonis dan sehat.