Nasional

Kebangkitan Nasional, Dakwah Pesantren, dan Praktik Etika Lingkungan yang Ramah

25
×

Kebangkitan Nasional, Dakwah Pesantren, dan Praktik Etika Lingkungan yang Ramah

Sebarkan artikel ini
Kebangkitan Nasional, Dakwah Pesantren, dan Praktik Etika Lingkungan yang Ramah

Menggali Makna Kebangkitan Nasional: Dari Perspektif Pesantren dan Ekologi

Kebangkitan Nasional: Lebih dari Sekadar Seremoni

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia kembali mengenang hari Kebangkitan Nasional, sebuah momen penting ketika kesadaran akan persatuan dan kemandirian mulai muncul. Namun, peringatan ini tidak seharusnya hanya menjadi seremoni tahunan. Sebaliknya, ini adalah saatnya untuk mengevaluasi dan menata ulang arah kebangkitan kita dari sekadar kebebasan politik menuju pembebasan ekologis dan spiritual.

Pesantren: Pusat Pendidikan dan Dakwah Ekologis

Sebagai institusi pendidikan dan dakwah Islam klasik, pesantren memiliki peran yang tak tergantikan. Pesantren bukan hanya lembaga untuk meneruskan ajaran agama, tetapi juga merupakan pusat kebijaksanaan hidup yang diturunkan oleh para ulama melalui kitab-kitab turats. Disinilah akar dakwah ekologis dapat bertumbuh, menjadikan keselamatan bumi sebagai salah satu pilar penting bersama keselamatan akhirat.

Turats dan Ekosentrisme Islam dalam Perspektif Klasik

Tradisi turats dalam Islam telah membentuk pandangan bahwa hubungan manusia dan alam adalah satu kesatuan spiritual. Imam al-Ghazali dalam "Ihya’ ‘Ulum al-Din" menekankan pentingnya tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa sebagai cara untuk membangun harmoni dengan alam semesta. Sementara itu, Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam "Miftah Dar as-Sa’adah" menegaskan bahwa al-‘adl (keadilan) adalah hukum alam yang universal.

Pesantren sebagai Penggerak Kebangkitan Ekologis

Pesantren mempunyai tradisi pedagogi yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Tradisi hidup sederhana, kemandirian pangan, dan berbasis komunitas menjadikan pesantren sebagai model ekosistem pendidikan yang dapat menyebarkan kesadaran lingkungan lebih luas. Tantangan di masa kini adalah mengubah nilai-nilai tradisional ini ke dalam gerakan dakwah ramah lingkungan yang lebih terstruktur.

Integrasi Dakwah dengan Pemikiran Lingkungan Klasik

Pemikiran lingkungan seperti land ethic dari Aldo Leopold yang menekankan kesetaraan moral antara manusia dan alam, sangat sejalan dengan konsep khilafah fil-ardh dalam Islam. Islam melihat manusia bukan sebagai pemilik absolut bumi, tetapi sebagai khalifah yang bertanggung jawab menjaga bumi.

Mengarahkan Pesantren Menuju Gerakan Nasional Ramah Lingkungan

Dihadapkan pada masalah lingkungan seperti banjir, kekeringan, dan pencemaran, pesantren dapat menawarkan model hidup thayyib—baik dan ramah bumi. Pemerintah diharapkan mendorong gerakan pesantren ramah lingkungan untuk menjadi bagian integral dari desain pembangunan berkelanjutan nasional.

Kebangkitan dari Hati untuk Bumi

Kebangkitan Nasional haruslah menjadi gerakan untuk menyelamatkan bangsa dan bumi secara bersamaan, dan pesantren memegang kunci penting dalam proses ini. Dengan semangat turats yang diwarisi, dakwah bukan hanya di mimbar, tetapi harus turun langsung menyapa alam sebagai makhluk Allah yang harus dihormati. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk bangkit bersama bumi dan nilai-nilai luhur pesantren.

Tinggalkan Balasan