Nasional

Reposisi Pendidikan: Strategi Membangkitkan Kebangkitan Nasional

23
×

Reposisi Pendidikan: Strategi Membangkitkan Kebangkitan Nasional

Sebarkan artikel ini
Reposisi Pendidikan: Strategi Membangkitkan Kebangkitan Nasional

Memaknai Bulan Mei: Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional

Setiap bulan Mei, Indonesia memperingati dua peristiwa penting: Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei. Keduanya bukan sekadar ritual sejarah, melainkan momentum refleksi strategis untuk membangun masa depan bangsa. Pendidikan berperan sebagai fondasi kesadaran kebangsaan, sementara kebangkitan nasional menjadi energi kolektif untuk bergerak maju. Antara keduanya, terdapat ruang untuk merancang arah baru bagi peradaban bangsa.

Sejarah dan Peran Pendidikan dalam Kebangkitan Nasional

Sejarah menunjukkan bahwa transformasi Indonesia tidak terlepas dari kontribusi pelajar dan pemuda terdidik. Pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), hingga Proklamasi Kemerdekaan (1945) digerakkan oleh generasi muda yang ditempa dalam sistem pendidikan. Pendidikan modern pada masa itu berhasil memperluas wawasan, menguatkan identitas nasional, dan membakar semangat perlawanan terhadap kolonialisme. Ide-ide besar yang lahir dari ruang kelas kemudian menjadi kekuatan perubahan di ruang publik.

Kesadaran Kolektif dari Lembaga Pendidikan Kolonial

Ironisnya, lembaga pendidikan kolonial justru memicu kesadaran nasional. Sekolah-sekolah seperti STOVIA, HBS, AMS, dan MULO mencetak kader bangsa yang memimpin gerakan kemerdekaan. Pendidikan kolonial tak hanya memberikan keterampilan teknis tetapi juga menumbuhkan keberanian berpikir kritis dan rasa kebangsaan. Ini menegaskan peran ganda pendidikan kolonial yang memunculkan semangat antikolonial.

Tantangan dan Transformasi Sistem Pendidikan Kini

Saat ini, tantangan yang dihadapi berbeda. Pendidikan harus membebaskan bangsa dari kebodohan, ketertinggalan teknologi, dan ketimpangan sosial. Guru Besar Pendidikan, Prof. Dr. Fasli Jalal, menilai bahwa pendidikan harus bertransformasi menjadi ruang kreatif yang adaptif terhadap perubahan zaman. Hal ini sejalan dengan revisi UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang mengutamakan kesetaraan akses dan peningkatan mutu.

Reposisi pendidikan juga mencakup penguatan teknologi digital, pembelajaran sepanjang hayat, serta sinergi antara pendidikan formal, nonformal, dan informal. Generasi milenial dan Gen Z memainkan peran krusial dalam menguasai keterampilan baru yang relevan dengan dunia kerja.

Kontribusi Pesantren dalam Kebangkitan Nasional

Pesantren memiliki kontribusi besar dalam sejarah kebangkitan nasional, menjadi benteng perlawanan kultural-spiritual terhadap kolonialisme. Saat ini, pesantren terus berevolusi, termasuk melalui program digitalisasi kurikulum dan pendidikan vokasi yang diinisiasi oleh Kementerian Agama RI, menunjukkan integrasi tradisi dengan kemajuan.

Pengawasan Pendidikan untuk Peningkatan Mutu

Keberhasilan pendidikan memerlukan pengawasan ketat. Inspektorat Jenderal berperan memastikan kebijakan pendidikan berjalan sesuai tujuan, berintegritas, dan berdampak nyata. Fungsi audit dan evaluasi menjadi pondasi peningkatan mutu sistemik.

Pendidikan Berbasis Nilai dan Menuju Indonesia Emas 2045

Kementerian Agama RI memiliki mandat strategis untuk membentuk pendidikan keagamaan yang inklusif dan moderat. Program seperti digitalisasi layanan keagamaan dan revitalisasi KUA menjadi upaya konkret membangun masyarakat religius yang produktif.

Reposisi pendidikan adalah langkah strategis menuju Indonesia yang berdaulat intelektual, produktif secara ekonomi, dan inklusif secara sosial. Pendidikan masa depan harus adaptif terhadap perubahan global untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Tinggalkan Balasan