PTKIN dan Tanggung Jawab Strategis di Era Globalisasi
Di tengah derasnya arus globalisasi yang mengguncang identitas, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) memikul tanggung jawab strategis: melahirkan generasi yang tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga matang secara spiritual dan teguh komitmen kebangsaannya.
Tantangan dan Evaluasi Kurikulum PTKIN
Asesor, baik dari lembaga akreditasi nasional seperti LAMSAMA dan LAMINFOKOM, maupun internasional seperti ASIIN, sering menyoroti pentingnya integrasi visi keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan. Mereka ingin melihat bagaimana visi tersebut diimplementasikan dan bagaimana mengukur keberhasilannya. Hal ini mengarah pada perlunya kurikulum integrasi di PTKIN.
Konsep Kurikulum Integrasi
Kurikulum di PTKIN seharusnya tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai dan membentuk karakter. Kurikulum integrasi menjadi upaya untuk merespons tantangan zaman dengan menyatukan aspek intelektual, spiritual, dan kebangsaan secara harmonis.
Dialog antara Nalar dan Wahyu
Integrasi keilmuan dan keislaman menjadi fondasi awal. Di ruang-ruang kuliah PTKIN, mahasiswa tidak hanya mendalami ilmu spesifik seperti bioteknologi, tetapi juga etika dan perspektif Islam dalam konteks tersebut. Mata kuliah seperti ‘Islam dan Ilmu Pengetahuan’ atau ‘Etika Profesi dalam Islam’ menjadi contoh nyata dari kurikulum integratif.
Membangun Cinta Tanah Air
Selain keislaman, semangat keindonesiaan juga menjadi unsur penting dalam kurikulum PTKIN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak hanya diajarkan sebagai teori, tetapi diwujudkan dalam praktik nyata seperti kegiatan pengabdian masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Kurikulum Tiga Dimensi
Keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan bukanlah sekadar daftar mata kuliah, tetapi napas yang menghidupkan seluruh struktur kurikulum. Tujuan utama adalah agar lulusan mampu mengembangkan teknologi, menulis karya ilmiah, dan tampil sebagai agen perubahan sosial yang memperkuat kohesi sosial.
Mengukur Dampak Kurikulum
Agar integrasi berjalan sesuai tujuan, dibutuhkan sistem evaluasi yang menyeluruh. Audit kurikulum oleh tim penjaminan mutu serta instrumen penilaian yang mencakup refleksi etis dan dampak sosial menjadi penting. Keberhasilan kurikulum dapat diukur dari indikator kinerja utama seperti publikasi ilmiah dan kiprah alumni di masyarakat.
Kesimpulan: Visi Jangka Panjang
Kurikulum integrasi di PTKIN bukanlah tujuan jangka pendek, melainkan sebuah perjalanan panjang. PTKIN harus menjadi institusi yang mencerahkan dengan membentuk generasi berilmu, beriman, dan berwawasan kebangsaan. Di tangan para perekayasa kurikulum, mahasiswa, dan masyarakat, terletak masa depan Indonesia yang maju, beretika, dan bersatu.
Khodijah Hulliyah, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Jakarta.