Infotainment

Cinta Laura Menyoroti Isu Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat

14
×

Cinta Laura Menyoroti Isu Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat

Sebarkan artikel ini
Cinta Laura Menyoroti Isu Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat

Seruan Nasional – Artis Cinta Laura angkat suara mengenai isu tambang nikel di Raja Ampat, Papua. Ia mempertanyakan nilai kehidupan manusia, apakah hanya sebanding dengan satu tambang, satu kapal pesiar, atau satu perjanjian strategis?

Cinta Laura menyoroti, ketika izin tambang ditandatangani dan dividen mulai dicairkan, apakah para pemegang kepentingan masih mengingat wajah-wajah manusia yang menjadi korban dan ditinggalkan dengan rumah yang hancur serta tanah yang tercemar.

“Raja Ampat adalah salah satu surga terakhir di dunia. Namun saat ini, di salah satu kawasan laut yang paling rentan, perusahaan-perusahaan tambang merusak hutan, mencemari air, dan mengancam terumbu karang, semua demi nikel untuk mendukung kendaraan listrik,” ungkap Cinta dalam sebuah video yang dipublikasikan pada Selasa (10/6/2025).

Ia menambahkan, “Cobalah bertanya kepada para tetua yang menyaksikan hutan-hutan sakral mereka dihancurkan. Harga sejati dari tambang ini bukan hanya logam yang diambil, tetapi juga kematian cara hidup dan hilangnya ikatan suci antara manusia, tanah, laut, dan budaya.”

Cinta Laura menjelaskan bahwa banyak faktor yang tidak bisa dijelaskan dalam satu video, tetapi ia ingin menyoroti fenomena moral disengagement.

“Kita sering membenarkan tindakan yang seharusnya tidak dibenarkan dengan dalih ‘ini demi pembangunan nasional’, ‘cuma pulau kecil, masih banyak yang tersisa’, atau ‘negara lain juga lebih parah, masa kita tidak boleh untung?’.

“Ini bukan hanya soal kegagalan kebijakan, tetapi juga kegagalan hati nurani,” sambungnya.

Yang lebih menyedihkan, warga Papua yang kini terdampak, dulunya adalah penjaga surga Raja Ampat. Mereka melindungi terumbu karang jauh sebelum dunia mulai peduli dengan isu konservasi.

Namun, saat ini suara masyarakat Papua tersebut dibungkam, hak-hak mereka terabaikan, dan banyak izin tambang dikeluarkan tanpa persetujuan yang sesuai dengan prinsip FPIC (Free, Prior, Informed Consent), hak yang dilindungi oleh hukum internasional.

“Banyak yang dipaksa dan tak diajak berbicara sama sekali. Kini hutan-hutan sakral diratakan, laut jadi mati dan sunyi. Pengetahuan yang dulu diturunkan dari orang tua ke anak tentang laut dan alam menjadi tidak relevan lagi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan