Nasional

Premanisme: Mengulas Kebudayaan dan Ideologi Kekerasan

44
Premanisme: Mengulas Kebudayaan dan Ideologi Kekerasan

Premanisme: Wajah Ideologi Kekerasan di Masyarakat

Premanisme sering kali dikaitkan dengan ideologi kekerasan yang memandang dunia sebagai arena yang membenarkan tindakan kekerasan. Dalam upaya mencapai tujuan, premanisme menempatkan dunia sebagai medan pertempuran yang harus dihadapi dengan keberanian dan kekerasan.

Ideologi Kekerasan dalam Berbagai Bentuk

Ideologi kekerasan ini identik dengan gerakan kelompok ekstremis, teroris, dan radikal yang menjadikan kekerasan sebagai jalan pintas untuk memenangkan ideologi mereka. Premanisme, sebagai bentuk ideologi kekerasan, tidak hanya subur di lingkungan tertentu tetapi dapat berkembang di berbagai lingkungan, termasuk dalam kebudayaan.

Penyebaran dan Operasi Premanisme

Premanisme tidak selalu muncul dalam bentuk kekerasan terbuka. Seringkali, ia beroperasi secara tidak langsung dan menyebar melalui ideologi yang diterapkan pada budaya dan lembaga, membuatnya lebih halus namun tetap berbahaya.

Kebudayaan Sebagai Basis Legitimasi Premanisme

Menurut budayawan Sunda, Wawan Setiawan alias Kang Hawe, kebudayaan dapat menjadi basis legitimasi bagi premanisme, terutama ketika dikaitkan dengan nama dan simbol kebudayaan lokal. Di Jawa Barat, organisasi masyarakat sering mengambil nama dan simbol dari nilai budaya lokal, seperti Siliwangi dan Pajajaran, untuk memperkuat legitimasi mereka.

Premanisme dalam Politik dan KKN

Kang Hawe juga melihat bahwa premanisme telah mengakar dalam budaya politik Indonesia, mendukung praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Premanisme dianggap sebagai tulang punggung yang membuat masyarakat skeptis terhadap upaya pemberantasannya.

Peran Cendekiawan dan Kritik Kebudayaan

Masyarakat, terutama golongan intelektual, diharapkan untuk tidak menyerah terhadap premanisme. Kang Hawe menganjurkan cendekiawan untuk melakukan kritik kebudayaan dengan cara:

  1. Kritik Budaya Ala Kabayan: Memelihara suasana riang namun kritis.
  2. Kritik Terhadap KKN: Mengingatkan kembali agenda Gerakan Reformasi yang gagal.
  3. Jejaring Intelektual: Membangun jaringan intelektual lintas batas identitas keagamaan, kesukuan, dan wilayah.

Pendekatan Kebudayaan dalam Penanggulangan Premanisme

Dalam disiplin studi kebudayaan, premanisme dapat dilihat sebagai teks dan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menangani premanisme, diperlukan penanganan yang fokus pada sikap dan pengetahuan, melibatkan edukasi, literasi, rehabilitasi, dan reintegrasi.

Long March Depremanisasi: Melemahkan Dominasi Kekerasan

Depremanisasi merupakan strategi untuk melemahkan dominasi kekuasaan informal yang berbasis kekerasan. Cecep Darmawan dari UPI menjelaskan bahwa depremanisasi adalah proses pengurangan praktik premanisme dalam masyarakat, mirip dengan demiliterisasi dan deradikalisasi.

Teori dan Praktik Dekonstruksi Kekerasan

Ija Suntana dari UIN Bandung menyarankan penggunaan teori “Dekonstruksi Aura Kekerasan Michel Foucault” untuk mengurangi glorifikasi preman di media dan menghilangkan simbol fisik kekuasaan. Ini termasuk reformasi arsitektur spasialitas untuk mengurangi penguasaan fisik preman.

Dengan memanfaatkan depremanisasi, diharapkan terjadi perubahan yang memungkinkan premanisme ditekan dalam jangka panjang melalui kolaborasi yang memberdayakan masyarakat dan negara. Upaya kolektif ini penting agar ideologi kekerasan tidak lagi mudah berkembang di tanah air.

Penulis: Asep Sahid Gatara, Dosen FISIP UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Wakil Ketua Umum APSIPOL Indonesia

Exit mobile version